There is nothing to do with my fairy tale.
It is just a sarcastic feeling toward chinesse decent life at Semarang city. And sorry i should write in Indonesia to give more strength on the story.
Suatu malam, saya berencana makan di warung gudeg Mbak Anik langganan kami.
Setelah tiba disana, kondisi ramai seperti biasa..
Saya dan sinichi kudo harus menunggu untuk dapat tempat duduk. It doesn't matter for us.
Then kami duduk persis di depan si mbak yg jualan. Tapi kali ini bukan Mba Yani yg super cantik dan putih dan ramah yg melayani kami. Melainkan ibu ibu gemuk yang tidak sabaran, ketus, not friendly at all.
Sekian menit setelah kami dilayani dan makan, di belakang kami ada beberapa orang keturunan china yang cantik dan ganteng, perlente dan sepertinya tongkrongannya gagah.
Mereka juga menunggu salah satu meja kosong untuk mereka tempati.
Kemudian ada segerombolan orang orang keturunan china yang duduk di meja yg sdh ditinggal oleh tamu sebelumnya. Dan keliatan sekali kalau mereka keturunan china, keren, putih dan juga pasti tongkrongannya mobil mewah.
Sekian menit kemudian orang2 dimeja tersebut dilayani oleh si ibu2 gemuk yang kurang ramah, terlihat kecapaian, ketus itu.
Ternyata oh ternyata ibu2 ini salah melayani pelanggan sesuai antrian.
Dalam sepersekian detik, orang di belakang kami terlihat kurang suka dengan diserobotnya acara makan malam dia oleh sekelompok orang china lain.
Dan dalam sepersekian detik, orang yg nyerobot itupun tidak terima dengan "katanya" lirikan dan sindiran orang yg diserobot itu.
Adu mulutpun terjadi dengan hebohnya di warung gudeg Mbak Anik yg cukup kecil ini.
Yang dibelakang kami terus menerus berkata bahwa dia yang seharusnya di layani duluan, sedang yang sok Jakarta2 ini dengan logat menantang meyakinkan bahwa dia tidak tau menahu siapa antrian selanjutnya dan kami yang berada di tengah2 'pertandingan' ini cukup terkesima dengan adegan perkelahian ini.
Tanpa kami duga, di meja lain ternyata 2 geng dari masing2 kelompok mereka meneruskan adu mulut yang lebih heboh lagi. Bahkan meja warung yang tidak berdosa itupun kena sasaran, karena dihantam oleh salah satu preman china disana.
Tudingan dan umpatan terus berjalan sehingga membuat pelanggan lain yang mendengar merasa, time is out. Kami harus cepat pergi dari situ sebelum dua geng ini melanjutkan dan kami tidak tau apa yang akan terjadi selanjutnya.. Kami berfikir jangan2 nanti mereka bawa pistol atau golok untuk saling menembak atau membacok seperti film2 hongkong yang sering saya liat dulu.
Inilah kisah sedih di warung gudeg Mbak Anik di Jl. Depok Semarang.
Pelajaran saya malam itu, saya tidak akan mau mengantri di (terutama) warung gudeg ini dan atau
warung warung atau restauran restauran lain dlm kondisi ramai pelanggan. Apalagi kalau perut saya sedang kelaparang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar