Rabu, 09 Januari 2013

Kisah Sedih di warung gudeg Mbak Anik (part 2)

continue...

i wont continue the fighting story at warung gudeg as for me, it was a very silly drama.

saya cuma mau membahas sedikit mengenai ras satu ini yang bermukim di bumi ku di Indonesia.
Who am i? i am also a chinesse decent.

Tapi saya merasa saya keturunan china paling beda diantara lainnya, tanya deh teman2 saya di kantor lama kalau tidak percaya. Saya orang yg tidak pernah membedakan suku ras dan agama. Dan saya merasa bebas bergaul dengan siapa saja. Bahkan saya okay beibe dengan teman2 asli Indonesia saya. Kami menginap bersama, ketawa bersama, dll.

Yang saya heran adalah kelakuan keturunan china, terutama di kota Semarang.
Lihat deh mereka, mereka akan punya group sendiri, yang notabene keturunan china semua.
Apalagi yang merupakan penghuni kelas atas kota ini.
Yang cowok muda akan pakai mobil2 keren (sebagian milik ortunya) kemana2, bersama2 dengan cewek2 cantik yang mulus2 dengan hotpants mereka. Dan anehnya saat kami di cafe atau gym, mereka akan datang dengan membawa masing masing mobil. Positifnya mungkin rumah mereka berjauhan, sehingga tidak mungkin saling menjemput.

Dan saat di cafe, restauran atau gym, mereka tidak akan peduli dengan kondisi sekeliling, i mean, apakah ada pembeli atau pelanggan lain yang sudah mengantri duluan, atau apakah ada orang lain yang mungkin lebih harus dilayani dulu.

Kebiasaan lainnya, mereka akan bicara dengan logat mereka (bukan EYD) kepada petugas nya dengan seenak2nya. Contohnya mbak, ini diberesin mejanya.. Atau mbak, mana kecapnya?! dengan serentetan permintaan yg kurang sopan.
Tanpa ada tata krama untuk memasukkan kata2 tolong atau mohon atau whatever dan diakhiri dengan terima kasih. Terkadang mereka bahkan tidak bisa membedakan mana yang pelayan mana yang pelanggan. Sehingga mereka akan salah menyuruh orang. Dan bisa dipastikan tidak akan ada kata maaf.

sikap exclusivitas ini terkadang membuat saya malu sebagai keturunan, dan sikap arrogant ini membuat saya heran. Apakah orang tua mereka dulu tidak pernah mengajarkan tata krama dalam berbicara atau sopan santun dalam bersosialitas. I do not know.
Dilain sisi saya berusaha berfikir positif mungkin mereka2 ini berusaha membentengi diri dari pelecehan akan suatu ras atau penghinaan atas kaum minoritas yang sering dilakukan oleh orang2 pribumi lainnya.
Sehingga membuat mereka berusaha membuat diri mereka satu level diatas lainnya. Dan membuat diri mereka lebih tinggi derajatnya dari yang lain.

Saya tidak membenarkan tapi juga tidak bisa bicara kl memang itu alasannya.

Sebagai China keturunan yang dibesarkan dengan tata krama yg sopan, saya memilih untuk jadi high class (walau saya bukan the have) dan educated. Hidup akan lebih indah, karena saya yakin semua orang ingin dihargai oleh karena itu mulailah menghargai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar